ranggahusnaprawira

Ada Apa dengan HI (Hubungan Internasional)?

In Ideas Journal on April 25, 2011 at 3:38 pm

A lotta people have  asked me the exactly same question : Kenapa mau masuk HI? So, di blog ini saya mau menjawab pertanyaan itu ya sambil sedikit berbagi 🙂

Ketertarikan saya dengan HI berawal 9 tahun yang lalu saat saya yang waktu itu duduk di kelas 4 SD membeli sebuah buku. Namanya ‘Buku Pintar’ karangan Iwan Gayo. Pasti temen-temen pernah baca atau paling nggak tahu tentang buku ini kan? Yap, buku ini isinya adalah segudang informasi tentang berbaga disiplin ilmu. Most of it sih tentang pengetahuan umum ya.

Satu hal yang jadi point of interest utama saya waktu itu adalah halaman berwarna yang isinya informasi tentang hampir 200 negara di dunia beserta bendera, lambang negara, dan profil singkatnya. Saya mulai membaca pelahan dan…..surprisingly saya sangat tertarik untuk membaca semuanya dan tidak bisa stop! Gaswat nih… Pada saat itu, hampir setiap hari saya baca Buku Pintar, terutama halaman negara-negara itu. Saya memang hobi baca dari kecil. Kalo anak-anak lain ngerengek minta dibeliin mainan, saya lain ceritanya. Sejak kecil saya sangat tertarik dengan buku. Tapi kalo cerita tentang buku, nanti bisa panjang banget tuh. Daripada pembacanya pusing, kita back to the topic aja yah hehehe.

So, karena kesukaan saya membaca Buku Pintar itu, saya jadi tahu banyak hal baru tentang sejarah dunia, geografi dunia, dan bahkan dari buku itu saya pertama kali tahu tentang perpecahan Uni Soviet (mana ada coba anak 9 tahun notice perpecahan Uni Soviet, ajaib banget ya hahaha). Dan puncaknya adalah, saya hafal nama ibukota hampir semua negara di dunia. Keluarga saya sampe kaget waktu itu. Kalo ditanya ya spontan aja gitu jawabnya. Kayak gini nih:

Haiti? Port Au-Prince. Nepal? Katmandu. Kazakstan? Almaty. Zambia? Lusaka. Afghanistan? Kabul.

Well, serius nih saya nggak ada niat untuk sombong hehehe 🙂 Tapi cuman pengen berbagi aja.

Terus karena ketertarikan itu, saya jadi penasaran untuk cari tau terus. Pikiran saya jadi terbuka bahwa selain negara-negara terkenal di Eropa dan Amerika, masih banyak negara lain yang punya keunikan masing-masing. Saya pun berakhir dengan sebuah mimpi : keliling dunia!

Buku ini nih yang menginspirasi saya

Interaksi dengan Bahasa Inggris

Kalo ngomongin hubungan internasional, pasti ngomongin bahasa. Jadi ceritanya perkenalan saya dengan bahasa Inggris itu dimulai dari kecil, walaupun masih dalam level yang sangat sederhana. Tapi sedihnya, saya pernah ‘diledekin’ oleh salah seorang anggota keluarga saya karena salah membaca kata dangerous (harusnya denjres, saya bacanya denjeres). Sebenernya malu banget sih kalo keinget kejadian itu. Saya saking keselnya sampe bilang gini dalam hati “Sembarangan aja lo ngeledekin gue, awas kalo gue sampe bisa jago ya”. Alhamdulillah, hal tersebut sungguh-sungguh menjadi cambuk bagi saya.

Singkat cerita, ketika graduation day lulus SD, saya didaulat untuk membaca pidato berbahasa Inggris. Kaget banget loh waktu itu. Karena saya tahu yang bisa bahasa Inggris di sekolah saya tuh banyak. Kenapa mesti saya? Tapi alhamdulillah waktu itu saya niat bikin pidatonya dengan bimbingan keluarga saya. Dan alhamdulillah juga, pas graduation day nya, saya lancar baca pidatonya tanpa melihat teks. Bukan hal spesial memang, tapi ini merupakan salah satu momentum penting dalam perkembangan kebahasaan saya. Hal ini jadi semacam pencerahan dan harapan. Sebagai manusia, kita pasti punya kebutuhan diapresiasi kan. Nah hal ini yang jadi motivasi saya waktu itu. Biarpun apresiasi yang diberikan belum ‘wah’, masih jauh bangeeet. Tapi saya sangat menghargainya dan menjadi semangat buat saya untuk encourage kemampuan bahasa.

Waktu saya SMP di Pangudi Luhur, apresiasi ini sempat sedikit menurun. Dalam beberapa kesempatan saya sempat dilibatkan. Tapi, saya banyak kecewa karena guru-guru saya seperti melupakan kelebihan yang saya miliki dan malah memilih teman-teman saya yang itu-itu saja untuk ikut lomba bahasa Inggris. Tapi saya tetep semangat. Saya les bahasa Inggris dengan seorang guru, dan selama 3 tahun di SMP saya les sama beliau, I have learned a lot. Mulai dari grammar sampai speaking. Saya memang nggak bisa bergantung 100% sama guru saya ini. Apalagi jadwal les yang cuma dua kali seminggu membuat saya harus belajar lebih di rumah. Saya mulai ‘memaksa’ diri saya untuk membaca buku berbahasa Inggris dan menonton film dengan subtitle bahasa Inggris dan bukan bahasa Indonesia.

Hasilnya ternyata cukup ampuh. Walaupun saya masih kecewa karena tidak pernah ‘bersinar’ dalam bidang yang saya sukai ini waktu SMP, saya akhirnya bertekad “Pokoknya nggak mau tau, gue harus masuk SMA yang bisa menyediakan sarana gue buat berprestasi di bahasa Inggris”. Jadi, gue mulai ini dengan sebuah mimpi : di SMA saya mau setidaknya satu piala.

Ketika masuk SMA Labschool Kebayoran dan menyadari adanya persaingan yang sangat ketat (sempet bikin ciut nyali juga tuh), akhirnya saya pelan-pelan memulai langkah ini. Saat ada lomba Jakarta in Global tahun 2009, saya beranikan diri untuk ikut lomba debat bersama teman saya Icha dan Mitra. Sebenarnya nekat juga tuh waktu itu. Lah abisnya saya kan belum fluent bahasa Inggrisnya. Saya juga sudah berhenti les karena jadwal kegiatan sekolah yang padat. Tapi waktu itu saya cuman modal berani. Hasilnya : alhamdulillah dapet juara pertama.

Setelah itu, saya mulai rajin ikut kompetisi. Saya memenangkan beberapa kompetisi debat (bersama tim), pidato, dan essay writing. Saya juga tidak selalu menang. Pernah beberapa kali saya tidak menang, tetapi saya tetap senang karena pengalamannya sangat berharga bagi saya. Tentunya berbagai pengalaman yang saya alami di SMA ini makin meyakinkan saya bahwa saya bisa terus mengasah kemampuan saya dan menggunakan hal ini sebagai kesempatan untuk terus belajar. Alhamdulillah sekarang saya sudah fasih dan percaya diri dalam berbahasa Inggris. Saya tentu sekali lagi tidak bermaksud sombong, hanya ingin berbagi 🙂

Jadi dari cerita singkat saya tentang bahasa Inggris, kira-kira ada beberapa nilai yang bisa dipetik:

  1. Jangan malu untuk belajar sesuatu yang baru! Ingatlah bahwa suatu kebisaan bermula dari ketidakbisaan.
  2. Jangan down kalo orang meledek atau menyinggung kita tentang ketidakbisaan kita. Jadikan cambuk semangat untuk membuktikan bahwa kita bisa! Kalau waktu itu saya berlarut-larut sakit hati, yah repot juga. Mungkin pencapaian-pencapaian saya sekarang jadi nonsense.
  3. Kadang kita memang harus nekat dan berani. Coba kalau saya terlalu pikir panjang dan akhirnya tidak jadi ikut lomba debat waktu di Jakarta in Global, mungkin tidak akan ada serentetan prestasi lainnya yang saya dapatkan.
  4. Harus berani bermimpi! Dari mimpi saya untuk berkembang di SMA, saya tidak hanya mendapatkan satu piala, tapi banyak piala 🙂 (Nanti kapan-kapan difotoin yah biar gak dikira ngibul, pialanya ada di sekolah semua hehehe)

Nah hubungannya apa bahasa Inggris sama HI? Jelas ada! Karena bahasa Inggris diakui sebagai bahasa internasional, mudah-mudahan pengalaman dan kemampuan saya dalam bahasa Inggris ini bisa menjadi kekuatan pendukung studi saya dalam HI ya… Literaturnya kan kebanyakan bahasa Inggris tuh,. Semoga bisa kepakai ilmunya, amin.

Hubungan Internasional? Kayak Gimana Tuh?

Saya yang punya ketertarikan tentang isu global, negara-negara, dan fakta unik yang saya temukan tentang adanya negara-negara itu, memunculkan sebuah pertanyaan. Saya mulai berpikir tentang bagaimana negara-negara itu berinteraksi. Pasti repot tuh ya. Bayangin nih, manusia aja berinteraksi satu sama lain, berkomunikasi, kadang nyambung kadang enggak. Kadang justru bikin sakit hati satu sama lain. Lah gimana negara? Padahal negara kan isinya ya orang.

Sebenarnya disiplin ilmu ini telah berkembang sejak lama, tapi seringkali disatukan dengan Ilmu Politik. Nah karena negara-negara bertambah banyak yang merdeka, otomatis ilmu ini pun pasti dibutuhkan. Terus apa dong yang dipelajari?

Marty Natalegawa

Marty Natalegawa, Menteri Luar Negeri Indonesia sekaligus pakar hubungan internasional

Sebenernya kalo saya yang ngomong kesannya jadi sok tahu ya karena saya memang belum menjadi mahasiswa HI (insya Allah akan, mohon doanya :)). Tapi pada dasarnya HI merupakan ilmu interdisiplin yang mencakup pemahaman politik, sejarah dunia, hukum internasional, psikologi, komunikasi, kebudayaan, sosiologi, ilmu lingkungan, studi perdamaian dunia, ekonomi global, dll. Banyak juga kan? Nah kesemua disiplin ilmu itu dirangkum dan diselaraskan dengan perannya dalam konteks hubungan internasional. Buat apa? tentunya buat menganalisis hubungan antarnegara. Biar kalau ada sakit hati, cemburu, keinginan kerjasama, persahabatan, semua bisa dianalisis. (Negara udah kayak orang aja ya? Iyalah, isinya kan orang juga hehe)

Hal lain yang membuat saya tertarik adalah uniknya ilmu ini. Kompleks, dan bisa dibilang ribet. Tapi kenapa saya malah tertarik ya? Itu karena pendekatan ilmu hubungan internasional berbasis kualitatif. Maksutnya, data yang disajikan dan dipelajari kebanyakan bersifat analitis dan elaboratif. Bentuk pelajatannya berupa essay. Lah saya kan paling seneng ngomong. Mau dalam bentuk ucapan atau tulisan, yang penting ngomong. Gimana nggak tambah seneng tuh hehehe.

Sudah Pastikah Jadi Diplomat?

Nah ini yang sering salah dinilai. Belum tentu loh anak HI jadi diplomat, atau mau jadi diplomat. Adanya globalisasi membuat lulusan HI sebenarnya sangat fleksibel untuk memilih jenis pekerjaan. Bisa masuk institusi seperti Kementetrian Luar Negeri (Kemilu) atau PBB dan organisasinya. Bisa juga kerja jadi jurnalis. Bisa jadi ahli hubungan luar negeri di multinational corporation (MNC). Bahkan bisa jadi entrepreneur!

Karena luasnya mata pelajaran yang diajarkan di HI, saya pun mulai berpikir. Saya sendiri memang punya cita-cita untuk jadi diplomat. Apakah itu di Kemilu atau di PBB, menurut saya jadi diplomat itu asik. Bisa melakukan fungsi negosiasi, proteksi, observasi, representasi, sekaligus relasi semuanya atas nama negara! Menjadi diplomat juga sebenarnya sangat menantang saya. Hal ini disebabkan ketertarikan saya tadi tentang hubungan negara-negara, terutama Indonesia dengan negara lainnya.

Tapi kalau boleh jujur, saya punya mimpi terpendam loh. Yaitu menjadi entrepreneur. Cerita tentang ini bakal saya lanjutkan di posting selanjutnya biar ga ngelantur kemana-mana.

Nah saya sendiri masih mencari tahu lebih jauh sambil menimbang-nimbang bagaimana saya harus mengakomodasi keinginan-keinginan dan minat saya itu dalam waktu bersamaan. Tapi yang jelas, masuk jurusan hubungan internasional adalah mimpi terbesar saya saat ini, spesifiknya sih di Universitas Indonesia 🙂 Semoga temen-temen yang punya interest di bidang HI bisa berbagi ya!

Last but not least, semoga kita yang sedang memiliki mimpi masing-masing bisa mengejar mimpi kita dan terus belajar dari pengalaman kita maupun orang lain.

Salam hangat!

Rangga

  1. semangat dan pengalaman lahir batin yang kamu punya pasti akan membawa kamu ke tempat yang kamu inginkan, rangga.. saya percaya kamu bisa. sejauh ini kamu sudah membuktikannya….

  2. Ranggaaa, way to go! Keep in spirit yaah, gua tau lu pasti sukses 😀

Leave a comment